
Pengalaman masuk layanan IGD di rumah sakit di Ambon
Lanjutan dari kisah MB dengan drama kesehatannya selama di Indonesua sudah pernah saya ceritakan di beberapa bagian di blog ini, saya sengaja menuliskan postingan ini agar jadi diary dan record kesehatan MB selama ini, berapa kali kejadian bikin panic dan shock teraphy menjadi cerita yang seru dikisahkan.
Bisa dibaca di cerita beberapa kali MB sakit selama di Ambon disini, cerita MB masuk rumah sakit Siloam Makassar dan pernah masuk UGD 1 kali di RS Grestelina, dengan periode tinggal selama 4 tahun di Indonesia, apakah ini wajar? Atau immune tubuhnya memang menurun seiring perjalanan usia.

Padahal sejak 2014, 2015, saya rajin sekali melakukan medical check up, alhamdulilah hasil kesehatan MB selama baik memang di saat kepindahan pertama di Indonesia dia termasuk sangat over weight, saya lupa saja abadikan berat badan saat itu namun beberapa bulan di Indonesia cuaca panas tropis membuatnya berkeringat dan lumayan mengurangi berat badanhya yang menjadi 124kg dengan tinggi badan 193 cm. Lama kelamaan tahun berganti pernah saat sakit kita timbang berat MB 118kg.Saya juga lupa yang pasti karena beliau tak suka timbang badan, setelah melewati fase diet herbalife juga timbanganya masih berkisar itu dalam BMI itu termasuk obesitas dengan tinggi badannya.Kalau sekarang jika di ukur BMI ( Berat Massa Indeks ) seharusnya beliau hanya 86 kg. Saat ini masih 100-an, mohon doanya biar MB istiqamah dengan pola hidup low carb nya sekarang.

Resmi per tanggal 15 Maret 2017 kami berdua menjalani pola hidup KETOFASTOSIS bisa dibaca disini. Tujuannya adalah sehat karena selama ini dengan berat badan waktu itu ukuran baju adalah XXL dan ukuran Indonesia tak ada yang cocok harus beli di luar negeri, ongkir mahal cin, hahhaha. Dan kesehatan juga pasti biar tetap sehat sampai tua.
Perjalanan panjang diawal awal merubah pola makan dia yang suka roti ( karbo ) mengganti nya dengan lemak ( daging / ikan dll ) kalau MB memang pencinta lemak dari dulu, tak suka makan nasi, tapi pasta, roti, pizza ya tetap doyan namanya lidah bule, namun dalam Keto ya harus di switch semua pengganti tepung menjadi tepung almond , tepung keto merubah struktur roti yang dibuat membuatnya tak terlalu doyan.

Alhamdulilah dalam 1 bulan ada keajaiban, MB yang selama ini mengamuk tak suka diet keto tiba tiba kaget berat badannya turun menjadi 115, lalu turun jadi 110kg. Sejak itu dia semangat kembali padahal tiap hari kami berantem masalah menu makanan, saat awal keto berat karena badannya kesakitan linu, gatal gatal memang masa peralihan. Saya ingat suatu waktu saat urus paspor di Jakarta April 2017 lalu dia tiba tiba bangun mengamuk karena kakinya kesemutan, saya hanya semprot magnesium, pokoknya mengurus orang diet keto berat hehehe. Pelan pelan dia mulai sennag baju bajunya mulai muat kembali. Lingkar perut turun 7 cm.

Long dress dari Arab sudah muat semua, dan sekarang per tanggal 6 Desember 2017 kemarin saat balik dari UGD dirumah di timbang adalah 102,5kg. pernah 102 kg saat sakit. Target kami berdua adalah 90 kg di Januari 2018 semoga bisa terjadi ya biar dia sehat.
Kisah drama kesehatan MB kemarin terjadi lagi, saat bangun pagi saya lihat memang dia agak nahan sakit tapi dia tak pernah mau info kesaya, jadi saya sempat sebelum kekantor bilang, are u okay? Dia bilang ya semua baik.
Sampai dikantor jam 9 kurang 20 menit saya baru saja duduk buka laptop dia telpon tanya saya dimana, dan bilang bawa saya ke rumah sakit sekarang, berasa petir menyambar di atas kepala saya langsung saya ambil laptop masukkan tas, ambil kunci mobil lari ke parkiran dan tancap gas pulang rumah. Saya langsung telpon dokter langgannan pernah saya tulis reviewnya disini, soal saya bawa ke rumah sakit mana yang UGD baik? . Pak Andi yang biasa sibuk angkat juga telpon saya alhmadiulilah biasa beliau sibuk. Ternyata pak Andi adalah direktur di rumah sakit Al Fatah tapi beliau menyarankan say ake RST ( Rumah sakit Tentara J Latumeten ) posisi rumah sakit dekat kantorku, alasanya fasilitas lebih baik dan dokter ahli juga ada.

Saya ceritakan keluhan MB, dada kiri bagian bawah sakit kayak ditusuk, pasti semua orang bilang jantung, selama history pemeriksaan dan pernah masuk rumah sakit MB sebelumnya sebenarnya tak pernah ada pemeriksaan dia positif jantunng karena semua hasil medik tak menujukkkan itu terakhir kejadian di juni 2016 saat masih di Makassar.

Jadi sampai rumah MB sudah menungu di sofa dengan sarung dan tas, baju kaos saya pakaikan terbalik karena buru buru. Saya mau ambil pakaian bingung baju apa jadilah saya hanya bawa tas lengkap MB identias diri dan lainya.
Langsung tancap gas ke kota singgah ambil uang di atm dekat rumah , harusnya ambil banyak malah ambil sedikit akibatnya saya repot juga di Bagian administrasi rumah sakit. Sampai disana langsung masuk ke bagian UGD saya minta petugas ambilkan kursi roda, MB di papah turun dan di bawa masuk di beri oksigen, lalu di periska di rekam EKG, pelayanan cepat, lumayan Cuma yang ribet karena saya sendiri saya harus parkir mobil dulu baru lari ke dalam, terus memastikan MB tak mencari saya karea saya harus isi biodara pasien maklum perdana kesana, ruangan daftar pasien di ruangan seblah, terus harus ambil obat di apotek sendiri semua saya lakukan sendiri sementara pasiennya teriak teriak selalu cari saya karena ada saja di complain cari bantal pula ( helowww ini UGD mana adeee bantal ) , yang layani dua dokter cewek. Karena MB kesakitan diberi lah dia obat anti nyeri dibawah lidah.
Tetap dia mengeluh terus menerus, karena belum berfungsi mungkin obatnya sembari saya juga dipanggil urus nama dan data pasien. Lalu saya lari lagi ke ruang seblah antri pula dibagian regsiterasi IGD, tak ada layanan cepat antri tetap, saya info ke ibu petugas kalau saya buru buru mau tebus resep karena pasien kesakitan butuh obat anti nyeri.
Tetap dengan santai bilang ibu tenang saja kami jalankan sesuai SOP ( bu ini belum rasa ada pasien di UGD mau urus sendiri teriak teriak kesakitan butuh obat hehe ) saya sempat isi biodata, lalu disuruh ke kasir bayar masalahnya duit cash ku hanya 170k soalnya tadi narik 150 saja sedang pihak rumah sakit tak terima debit / kredit . OMG …………… jadi saya minta tolong ke ibu tadi bisa tidak saya bayar nanti dan dia bantu dia bling iya bawa saja ( terima kasih ke ibu berjilbab itu ) padahal saya sudah mau sodorkkan ktp ku biar jaminan.
Saya balik cek pasien masih kesakitan, saya langsung ke apotik tebus obat dapatnya Cuma 1 harusnya 3 macam katanya obat tak tersedia disana adanya di apotek GIDION, terus siapa lagi yang beli obat dan siapa lagi yang jagain MB di ruang ICU.
Saya mutar otak saya telpon team dikantor, suruh meluncur bantuin saya nant belikan obatnya, si MB ngamuk ngamuk mau pulang saja katanya tak ada efek obat, masih sakit dia mau pindah ke rumah sakit Al Fatah saja, padahal disana pelayanan pasti lebih dibawah dari pada di RST ini, karena dia keras kepala kalau sudah punya mau, jadi saya bilang ke suster mau keluar saja tolong adminsitasri di lengkapi saya bayar semuanya saya kelaur nti obat saya tebus diluar, MB masih bisa bangun dinaikkan di kursi roda dan saya ambil mobil dan kita sama sama ke luar dari rumah sakit, sebelum pergi tadi di kwitansi ada tertulis biaya penggunaan UGD Rp 275k total semuanya saya minta tolong ke suster bayarkan saya beri Rp 300k malah dia tak kembalikan uang nya.
Malah saya ditagih untuk oksigen yang dipasang di hidung MB ( selang ) belum dibayar Rp 29k. Saya sama MB langsung ke ALFATAH masuk di pintu UGD lucu lagi ini , kursi buat pasienya tempat kaki kanannya tak ada, MB mau taro kaki gimana hiks… ya sudahlah masuk di UGD lebih parah, ruangan UGD tak dinyalakan AC jadi kami semua berpanas panas di ruangan itu. MB di handle sama ibu dokte Conny, dan saya minta suster laki laki biar MB tenang.
Saya ceritakan kronologisnya semuanya, saya diminta rekam EKG nya, lupa di rumah sakit sebelumnya untunglah team ku Valensia datang saya minta bantuan menebus obat obatan yang kurang tadi dan mengambil kwitansi dan rekam EKG di rumah sakit sebelumnya. Alhamdulilah ustad guru ngaji MB datang pula cari kami di RST dan saya bilang kami pindah ke UGD ALFATAH, jadi beliau datang kesana setidaknya MB senang ada teman nya, saya minta tolong ustad beli bubur ayam juga diluar karena dirumah sakit tak tersedia apapun. Karena pasien kalau mau minum obat harus makan dulu.
Alhamdulilah pertolongan kecil sangat berharga di saat genting seperti itu saya telpon OB andalaku dikantor yang sering bantu bantu ternyata dia masih liburan di Jawa dan perpanjang izin karena orang tuanya sakit. Oh Pak Eddy………………tak ada saat saya butuhkna ……pengen nangis rasanya.
Pasien tetap kesakitan katanya tak ad aperubahan, tapi MB senang di RS Alfatah ini kan RS muslim sampingnya masjid AL Fatah, setelah makanan datang saya suap beberapa suap makanan buat MB karena obat yang diantarkan teamku sudah datang itupun penuh drama, ternayat obat nya harus tanda tangan resep dokter lagi padahal jelas jelas resep sudah dari UGD tadi.
Setelah saya suap sedikit bubur, saya suap bagian ayamnya saja saya tetap menu ketokan ke MB, ada ayam goreng saya suir suir baru suap setelah merasa cukup saya minumkan obatnya, masih ngomel ngomel selama beberapa menit sampai akhirnya dia pelan pelan diam berarti obatnya sudah mulai bekerja sampai dia sudah main game dari HP nya per tanda dia sudah baikan.
Alhamdulilah dia sudah mulai update di grup kompleks rumah di Makassar tentang kabarnya baik baik saja. Sebelumnya saya posting mohon doa kesembuhan termasuk saya telpon MY HERO forever bapak saya nitip doa. Saat tergenting dalam hidup ketika kamu sendirian dan jauh dari keluarga dan ada kasus kasus seperti ini, saya pun telpon bos saya update remote kerjaan dari luar karena ada masalah ini, semua mengerti. Jam 3 sore MB sudah minta mau pulang, saya coba WA sama pak direktur rumah sakit dan fotokan hasil EKG nya pak direktur bilang baiknya rawat inap, gimana mau rawat inap MB sudah duduk dan bilang tak akan pernah mau injak rumah sakit lagi di Ambon saking stressnya dengan service, di Makassar saja dia complain apalagi di Ambon.
Drama berikutnya terjadi, saya pun diskusi sama dokter ternyata dokter jaga UGD sudah diganti yang sekarang jadilah saya ceritakan ulang kembali, capek deh …! Seteah itu saya urus pembayaran saya hanya bayar Rp 40k memang tak ada obat atau tindakan apapun, perawat disana banyak berkumpul kadang mengintip saya beritahu mereka kalau MB tak suka di lihatin kayak sirkus.
Setelah bayar, MB sudah jalan sendiri keluar tak perlu kursi roda, malah mobilku yang akinya soak karena ternyata saya nyalakan lampunya sejak masuk UGD tadi.OMG cobaan lagipasien sudah diluar.
Akhirnya MB yang baru sembuh ini suruh saya masuk dalam mobil di dorong hahha 3x diulang tetap tak bisa butuh jumper deh, so next option is – PHONE A FRIEND!!! Ya saya telpon stafku di kantor minta bawa driver dan alhamdulilah pertolongan datang, mereka bekerja dengan baik kami pulang kerumah sore itu untuk menangkan diri.
Kami pulang dengan damai dengan ragam asumsi, saya langsung telpon klinik agape untuk janjian dengan dokter, ternyata prakteknya jam 6 sore, jadi setelah mahgrib kami berangkat ke klinik agape, dokter ahli jantung dan pembuluh darah ( kardiologi ) dr Iman Hardjana, di lantai 2 kami antri 1 jam baru masuk, dokternya asik diajak konsultasi
HASIL AKHIR MB Bukan JANTUNG, alhamdulilahhhhhhhh, saya jelaskan history kesehatan MB selama ini di Indonesia, di Dubai dan Amerika. Pemicunya, bisa kecapekan, bisa lambungnya. Bahkan saya bawa semua obat obat masa lalu, dan cek satu per satu dan ternyata semua obat obat dari UGD tadi hanya satu yang di makan, yang lain tidak usah.
Tak lama berselang dari hari kejadian saya antar MB melakukan GMC ( General Medical Check Up )plus di PRODIA Kota Ambon, edisi lokasi dan profile bisa di cek video dibawah ini.
Sudah lama juga kami tak melakukan GMC karena MB tak pernah mau ikut GMC setiap saaya sarankan nanti setelah kejadian fatal baru akhirnya mengalah itu pun dengan effort maksimal.Harga yang lumayan mahal atau mungkin harga sudah upgrade beberapa waktu lalu, fasilitas yang minim disini, bahkan GMC plus saja tak ada pengukuran berat badan dan tinggi badan, seingat saya dulu di Makassar semuanya di periksa termasuk USG. Kalau MB ambil yang paket plus saya hanya mengambil paket General Youth sangat terbatas karena budget 1 jutaan sedang MB ambil yang GMC Pria plus budgetnya 5 jutaan lebih. Rada mehong sih menurut saya dan fasilitasnya ya so so lah, tak bisa berharap lebih , namun service dari team Prodia nya sangat mencoba memaksimalkan termasuk kepala cabangnya sangat baik dan di Ambon selama satu tahun ke dokter harus bayar cash, klinik, rumah sakit semuanya , nanti sisa klaim reimburse ke kantor ya seperti inilah kondisinnya, jadi selalu harus siap dana talangan buat jaga jaga.
Hasil pemeriksaan sudah di tangan, kondisi saya fit, MB juga cuma memang harus kembali ke dokter ahli buat konsultasi karena nampaknya MB bermasalah dengan pencernaannya. Karena ini libur panjang jadi nanti setelah pak dokternya usai libur baru kita silaturrahmi kesana lagi. Semoga kami selalu diberi kesehatan agar tetap bisa menjalani hidup yang berkualitas walau ditanah rantau J
Baca juga artikel kisah sakitnya MB sebelumnya :
- cerita sakit perdana MB di Indonesia
- Cerita sakit MB di kota Ambon part 1
- Episode MB masuk upname di Makassar
- Masuk RS Siloam menggunakan Asuransi SINAR MAS
The post Pengalaman masuk layanan IGD di rumah sakit di Ambon appeared first on American & Indonesian = US.